Jumat, 13 April 2012

coretan tidak jelas arah II : "semua ada hikmahnya"

Mencoba menulis lagi malam dengan tema yang berbeda dan dengan pemahaman yang berbeda pula. Bagaimana cara memulainya pun masih belum jelas, mencoba merangkaikan kata yang tepat selama beberapa jam yang lalu tetap saja tidak bisa. Berusaha sedikit puitis atau bersajak laksana pujangga pun masih tetap membuat tangan ini menekan tombol ctrl dan a kemudian delete. Masih dalam kebingungan untuk memulai bagaimana, aku pun memaksa untuk tetap menulis dan memaksa pula kesepuluh jari ini untuk tidak menekan tombol keramat itu. Satu paragraph pun selesai. (fiiiuuuuh -_-“)

Sebenarnya yang ingin aku bahas hanyalah sepotong kalimat ,” semua ada hikmahnya”. Singkat namun sangat berpengaruh menurut aku. Bahkan beberapa teman yang akhir-akhir ini mendengarkan kalimat itu pun masih belum memahami maksud dari aku mengatakannya, ntahlah mungkin ilmu yang ku punya masih terlalu dini sehingga tidak mampu menjelaskan dengan baik maksud kata ini. Aku pun tidak begitu bernyali untuk menjelaskannya. Bahkan salah satunya berpendapat bahwa aku sedang dalam aura positif yang berlebihan karena aku yang biasanya bisa langsung agresif dengan orang yang tidak sepaham mendadak hanya memilih marah dalam diam dan mengatakan “semua ada hikmahnya”

Terlihat singkat namun memiliki kekuatan yang cukup besar teman. Dengan mengatakannya saja sudah membuat kejadian yang tidak menyenangkan dan membuat wajah merah padam menjadi bersemu merah muda (tentu tidak sesederhana itu, pren). Aku hanya ingin mengatakan bahwa ketika aku mengucapkan kata itu, tidak berarti aku memahami dan mengetahui bahwa di situasi yang sangat tidak menyenangkan ini ada hikmahnya. Namun aku hanya meyakini bahwa hikmah itu ada dan hanya karena ilmu pengetahuan ku yang masih dini aku masih belum mendapatkannya. Ketika aku mengucapkannya, yang aku tahu aku sedang berdamai dengan situasi yang sangat tidak nyaman dan mencoba membujuk pikiran ku untuk tidak terlalu berjalan ke arah kesesatan. Hanya dengan kata itu, harapan untuk kehidupan yang lebih baik pun bermunculan. Aku pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa manusia itu bisa hidup beberapa hari tanpa makan dan minum (gak pecaya, di coba aja ), tetapi manusia akan langsung mati dalam sedetik jika tidak punya harapan. Bagiku, dengan mengucapkan kata itu harapan pun bermunculan di hadapanku. Harapan bahwa esok akan lebih baik, harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan jika aku bersalah dalam situasi ini, maka aku berharap dapat memperbaiki di kemudian hari serta harapan bahwa dengan mengambil hikmahnya dapat memudahkanku untuk mengerti kehidupan.

Kalian tahu teman, kehidupan terlalu sempit jika selalu diisi dengan keluh kesah, protes terhadap nasib yang tidak adil, melihat masalah hanya dari satu sisi saja, dan berbagai macam protes lainnya. Menurut aku hidup yang singkat ini akan lebih baik jika diisi dengan hal-hal yang bermakna, yang membuat harapan positif tetap bermunculan dalam sudut hati. Hidup juga lebih nyaman ketika kita bisa berdamai dengan perasaan kita. Sialnya kata itu hanya bisa membuat kita merasa lebih baik dan menahan kita sejenak dari perasaan yang tidak menyenangkan. Kata tersebut bukanlah kata keramat yang jika kita mengatakannya maka kita akan bisa lebih awet muda atau lebih dewasa atau masalah pun bisa selesai. Kata itu juga tidak membuat kita cepat kaya dengan mengucapkannya sebanyak yang kita mau (dicoba kalo gka pecaya). Hanya membuat kita bisa berdamai dengan perasaan dan membuat pikiran menjadi lebih jernih.

Aah, lagi-lagi ini hanya pemahaman ku mengenai kata tersebut. Tentu definisinya tidak sesederhana yang ku jelaskan, bisa saja lebih sederhana lagi atau bahkan bisa lebih rumit. Aku hanya mencoba melihatnya dari sudut pandang yang berbeda dan mengartikannya dengan arti yang berbeda pula. Lagi-lagi hanya bisa berspekulasi mengenai mana yang paling tepat. Akhir tulisan ini, aku ingin sedikit mengutip kalimat dari sebuah novel favoritku :
Bagiku waktu selalu pagi.
Ketika janji-janji baru muncul
seiring embun menggelayut di ujung dedaunan
Ketika harapan-harapan baru merekah
bersama kabut yang mengambang di persawahan
hingga nun jauh di kaki pegunungan
(Senja Bersama Rosie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar