Kamis, 05 Juli 2012

perhaps

Menulis itu salah satu bentuk regulasi emosi. Menulis juga bisa jadi sarana untuk menumpahkan letusan amarah kita. Tidak akan ada balasan secara langsung ketika kita menulis amarah kita di selembar kertas dan selembar kertas tidak mungkin menarik rambut kita hanya karna tulisan kita penuh dengan dengusan napas naga (imajinasi tidak jelas). Mungkin tulisan kali ini sama tidak jelas dengan tulisan lainnya dan aku masih tetap tidak peduli. Pokok dari segala pokok utama di sini regulasi emosi, ingat regulasi emosi..
Edisi regulasi dimulai
Cuaca sangat panas hari ini, ntahlah mungkin neraka sedang bocor jadi uap panasnya ikut merembes ke bumi. Ahahahaha, ini hanya lelucon di antara teman-teman saja. Lucu? Tidak, karena tidak ada yang lucu hari ini. Lanjut. Jadwal kuliah aku tu saat matahari mulai merebah, disaat bayangan sedikit lebih panjang dari bendanya, yap siang jam 2. Setelah setengah jam menunggu dosen yang tak kunjung Nampak batang hidungnya (informasi terakhir di dapatkan,beliau sedang tidak sehat.. “cepat sembuh ya bu”), aku dan teman memutuskan untuk berjalan-jalan dan memuaskan hasrat untuk membeli baju. Ya, di tengah cuaca yang panas dan “bedak gratis” yang terbang kesana kemari kami memutuskan untuk berjalan-jalan. Aah..tidak tepat sebenarnya disebut jalan-jalan karena tujuan kami jelas, kami mau makan dan belanja. Lagi-lagi aku lupa kalau hari ini aku sedang berpuasa. Aku pun menunggu dan berusaha menahan godaan dari teman-teman yang sedang menikmati makanan mereka. Syukurnya mereka mengerti aku puasa dan berusaha makan dengan cepat. Lanjut setelah itu kami memutuskan untuk mengunjungi toko “x” untuk membeli baju. Setelah memutar kesana kemari, melirik kiri kanan, mengambil sebuah baju dan menaruknya kembali dengan sembarangan dan alhasil kami tidak mendapatkan apapun. Saat itu aku masih optimis dan masih dengan aura positif mengajak teman lain untuk melihat ke toko lain. pergilah kami para musafir pencari baju ke toko lainnya. dan sampailah kami di suatu tempat dan menemukan baju yang diinginkan, tetapi lagi-lagi karena wanita selalu banyak yang dipertimbangkan kami pun mengurungkan untuk membeli baju tersebut. Yaa..setelah bertarung dengan panasnya kutaraja dan bedak gratis yang terbang kesana kemari aku mengurungkan niat untuk membeli baju.

Lanjut setelah itu aku memutuskan pulang dan mengirimkan pesan kepada temanku yang mengajakku untuk berbuka di luar. Ntahlah mungkin karena salah komunikasi atau terlalu banyak pesan yang tidak jelas sehingga di detik terakhir aku masih menunggu kabar jadi atau tidak buka puasanya. Lantunan ayat suci sudah berakhir, azan segera di kumandangkan dan ternyata pesan jadi atau tidak itu tidak kunjung datang. Saat azan di kumandangkan pun, pesan itu tetap tidak kunjung datang. Masih berpikir positif, aku menganggap dia kehabisan pulsa dan lupa untuk membatalkan acara ini. Aku pun berniat untuk mengikhlaskannya, dengan berat hati hanya ucapan selamat berbuka yang aku kirimkan. Semenit kemudian masuklah balasan yang mengatakan ia sedang berbuka puasa di suatu daerah. Seketika dunia mendadak berhenti, hanya suara jangkrik yang berbunyi.

Lalu jika ditanya kejadian apa yang paling mengecewakan hari ini, tentu bukan kuliah yang batal karena dosen yang tidak jadi datang. Karena aku tau dosennya sedang sakit. sekalipun dosen tidak sakit lalu kuliah tetap ditiadakan aku tetap senang dan mustahil kecewa. Gagal mendapatkan baju yang sesuai selera juga bukan hal yang mengecewakan, setidaknya aku masih bisa berkumpul dan tertawa dengan teman-temanku. Lalu, apa kejadian akhir ini yang menjadi sumber kekesalan aku, mungkin ya dan mungkin tidak. Aahh..lagi-lagi mungkin ini hanya salah paham dan mungkin aku pun ikut berperan dalam situasi ini..
Speechless..hanya bisa berucap selamat berbuka..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar