Kamis, 03 Mei 2012

hanya di tunda

Mentari berwarna merah di ujung garis horizontal. Lantunan ayat suci pun mulai di kumandangkan. Bersaut-saut dari satu tempat ke tempat lainnya. Jemari ini pun mulai merangkaikan kata untuk memberi gambaran kasar tentang perasaan ini. Ya, dalam beberapa hari ini perasaan bisa berubah dengan sangat cepat, sesaat bisa senang kemudian sedih dan akhirnya di tutup dengan kekecewaan. “Galau”, mungkin, tapi sangat enggan mengakuinya. Yap, permasalahannya adalah tentang perjalan ke negri melayu, negri para sultanah. Sangat menyenangkan ketika membayangkan akhirnya tiba juga saat untuk mewujudkan impian terbesar yaitu menjelajah setiap inchi dari bumi ini. Yaaa, setidaknya kalau aku udah menjejakkan kaki di negri melayu itu, sudah berkurang satu tempat untuk aku singgahi. Angan-angan kosong pun mulai bermekaran dalam hati, mulai terbayang-bayang dalam pikiran. Berbagai macam rencana pun mulai di buat, dari pembuatan kartu pengenal ajaib (P) sampai tiket perjalanan. Kemudian tiba di satu titik dimana kami, sebagai anak yang masih di bawah tanggungan orang tua, harus meminta ijin. Disanalah semua angan yag terlanjur terbang tinggi mendadak patah sayapnya dan jatuh menghempas bumi. Restu itu pun tak diberikan. Angan-angan kosong akan tetap kosong sampai hari ini, detik ini. Kecewa,pasti. Bagaimana tidak, impian yang aku pikir sudah berada di depan mata, kesabaran bertahun-tahun akhirnya menuaikan hasilnya, tetapi hanya fatamorgana di tengah gurun pasir. Mungkin mereka tidak akan pernah tahu se’gila’ apa aku dulu ketika menceritakan keinginan terbesarku, dulu sekali. Mungkin mereka tidak pernah tahu se’gila’ apa aku dulu mempelajari bahasa dunia. Dan mungkin tidak ada yang tahu seberapa kecewanya aku ketika untuk kesekian kalinya impian itu hanya tinggal impian kosong. Lalu, apakah aku harus kecewa dan marah dengan teman-temanku yang diberi ijin dan membuat mereka enggan berangkat. Ahaha, tentu saja tidak. Kebahagiaan mereka pun kebahagiaanku. Lalu, apakah aku harus kecewa dengan ibuku yang tidak memberikan ijin karena alasan yang sangat manusiawi. Tentu saja tidak karena alasannya sangat logis dan itulah kenyataannya. Lalu, apa aku harus kecewa dengan Tuhan, aahhh..itu sangat tidak logis teman, bagaimana bisa aku marah dengan Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hambaNya. Lagi-lagi aku kecewa tanpa harus tahu kepada siapa aku kecewa. Kenapa, tentu saja karena aku manusia. Tentu ada saja rencana yang terbaik dan terindah dari semua ini, dan tak satupun tahu rencana apa itu selain Tuhan semesta alam. Tentu, akupun tak mungkin memupuskan harapanku hanya karena ini. Tidak mungkin. Kecewa iya, tapi apa dengan kecewa harapan aku harus hilang? Impian itu kosong untuk sementara waktu, dan akan kembali terisi sedikit demi sedikit. One day, pasti bisa terwujud. Dan jika seandainya tetap tidak bisa, maka saat itulah angan itu menjadi kosong dan lenyap tapi pasti akan ada gantinya. Sebab Dialah yang Cuma tahu apa yang terbaik untukku. Setidaknya mungkin inilah fungsi harapan bagiku. Tentu saja, fungsinya tidak hanya sekedar itu dan lebih dari itu. ini hanya secuil fungsinya dari sudut pandangku.. “Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar